Pagi JEBLOGERS!!!

Nina Aldin Thune
Konseling apoteker perlu dilakukan pasien di  Indonesia untuk meminimalkan penyalahgunaan obat. Sayangnya, kesadaran  pasien dan ketersediaan waktu apoteker untuk melakukan konseling masih  sangat rendah. 
 
Hal tersebut disampaikan oleh  mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang melakukan penelitian terkait hal  tersebut. "Konseling ke apoteker masih minim dilakukan pasien. Biasanya  permohonan konseling hanya dilakukan oleh kalangan dengan pendidikan  tinggi," papar Nufi Gustri Awanto, mahasiswa UGM yang menjadi juara I   World Patient Counseling di Thailand. 
Konseling  apoteker meliputi beberapa hal, di antaranya perkenalan pasien dengan  apoteker, pengumpulan informasi dari pasien, penggalian riwayat  kesehatan oleh apoteker, penjelasan tentang penyimpanan dan penggunaan  obat, serta terapi non-farmakologi, yang meliputi pemberian saran-saran  guna mendukung penyembuhan. 
Negara-negara  besar, seperti Kanada, konseling apoteker ini sudah membawa dampak  positif terhadap kesehatan pasien. Masyarakat tahu benar tentang obat  yang dikonsumsinya sehingga penggunaan obat dengan cara yang salah bisa  diminimalkan. Konseling bahkan tidak hanya dilakukan di apotek atau  klinik saja, tapi juga lewat telepon. 
Hal seperti itu belum dilakukan di Indonesia karena belum menjadi sebuah budaya.   "Konseling apoteker di Indonesia hanya terbatas di rumah sakit besar," ungkap Nufi yang juga menyebutkan  terbatasnya waktu apoteker dalam memberikan pelayanan juga menjadi faktor. 
Apoteker tetap harus mengemas informasi dengan  lugas dan mudah dimengerti pasien.  "Satu hal lagi yang penting lagi  apoteker adalah selalu menanamkan sikap empati pada pasien," tambahnya.
ref:NGI 
You Might Also Like :




 
 
0 cuapan:
Posting Komentar