Jumat, 02 April 2010

Sebuah Jeritan Hati Part. 2


8:11:00 AM |

Kayuhan sepeda yang merupakan hasil dari kerja keras Ron selama ini selalu membuat peluh tak henti mengucur dipagi hari saat hendak berangkat kesekolah. Tak pelak hal ini selalu membuat dirinya untuk mandi kembali saat sampai disekolah. Beruntung fasilitas yang terdapat disekolah Ron sangat lengkap, apa yang dibutuhkan selalu ada, sehingga membuat seluruh warga sekolah merasa nyaman berada dilingkungan sekolah.

Jarak yang cukup jauh antara rumah dan sekolah memang menjadi hambatan yang cukup besar bagi Ron, apa mau dikata Ron tak bisa meninggalkan orangtuanya didesa. Ia harus membantu pekerjaan orangtuanya yang segudang itu hanya untuk sesuap nasi. Pihak sekolahpun telah menyarankan agar Ron tinggal saja di asrama sekolah yang memang fasilitasnya lengkap agar tidak menghalangi Ron dalam berprestasi. Tapi Ron menolak, ia sudah bertekad kuat untuk tetap tinggal bersama orangtuanya karena orangtuanya lebih membutuhkan didesa sana, padahal orantuanyapun sudah mengikhlasan Ron untuk tinggal di asrama saja. “Tidak apa – apa nak, kamu tinggal diasrama saja, toh disana kan fasilitasnya lengkap bisa menunjang pendidikan kamu”, saran dari Bu Rat. “Bu, aku ingin tinggal disini saja. Aku ingin bantu ibu sama bapak. Kalau masalah fasilitas itu kan bisa aku manfaatkan disekolah”, jawab Ron dengan santai dan tegar. “Ya sudah kalau kamu tinggal disini terserah kamu, tapi jangan sampai menghambat pendidikan kamu ya nak!”.

Sikap Ron yang rendah hati dan ramah kepada semua orang membuat semua pihak yang ada disekolahnya mengenal sosok dirinya yang berwibawa tapi tetap penuh canda. Berangkat dari rumah usai Shubuh menuju sekolah sambil mengantarkan gorengan ke warung – warung telah menjadi “makanan” Ron sehari – hari. Biasanya Ron sampai disekolah jam 6.15, iapun langsung menuju kamar mandi asrama. Melewati kamar – kamar para murid. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 6.15 tapi masih ada saja teman – temannya yang terlelap pulas terbang bersama mimpi mereka di alam bawah sadar sana.

Jam masuk berdering pukul 7.45, masih ada waktu cukup banyak untuk belajar. Seusai mandi iapun langsung menuju kamarnya yang diisi oleh tiga sahabatnya. Walapun tinggal dirumah orangtuanya, Ron tetap diberikan kamar di asrama oleh pihak sekolah karena mengetahui bagaimana kebiasaannya dan itu juga merupakan permintaan Ron.

Tok, tok, tok,, “assalamu’alaikum!!!”, Ron mengetuk pintu. “Wa’alikumsalam”, sahut penghuni kamar dari dalam. Ternyata Rahman, Satri, dan Hanif sedang asik dengan kesibukan masing – masing. Seperti biasanya saat Ron datang kamar sudah dalam keadaan rapi. Awalnya kamar mereka sangat berantakan, keberantakan ini berubah 180 derajat setelah kedatangan Ron. Dulu Ron sempat menginap beberapa hari di asrama, hal ini dikarenakan ujian naik kelas akan segera tiba. Karena Ron sudah terbiasa bersih, rapi, dan mandiri, maka biasanya setiap pagi ia mengajak teman – temannya untuk merapikan kamar. Bagi yang tidak mau, olokan dari mulut Ron yang sangat pedih akan mendarat dikuping dan itu akan sangat membuat telinga menjadi panas. Sangat kontras sekali dengan pribadi Ron yang biasanya. Ron memang unik. Didalam sikapnya yang terbilang baik juga terdapat sisi “jahat” yang tentunya bermanfaat dan ia gunakan untuk berbuat kebaikan. Karena tidak tahan dengan olokan Ron,akhirnya mereka mulai terbiasa dan menjadikan bersih – bersih sebuah kebiasaan bahkan kebutuhan.

>_<




You Might Also Like :


1 cuapan:

Ujib mengatakan...

Mumpung nggak ada yang komentar, komentar sendiri aja dulu...

NI cerita namanya juag fiktif tapi sarat akan makna kehidupan,, UJIB sendiripun mencoba untuk mengambil karakternya RON di diri UJIB sendiri...

Posting Komentar