Senin, 01 Agustus 2011

Polemik Pelestarian Warisan Budaya di Kawasan Cagar Budaya DIY


12:44:00 PM |

Siang JEBLOGERS!!!

Polemik Pelestarian Warisan Budaya di Kawasan Cagar Budaya DIY
Wahid A.R./Fotokita.net
 
Beberapa bangunan kuno di kawasan cagar budaya DIY  mulai tergantikan dengan bangunan baru. Dikhawatirkan tindakan ini ini dapat mengubah konsep kawasan cagar budaya menjadi bangunan cagar budaya.

Saat ini  terjadinya polemik tentang pembangunan gedung baru dengan menghancurkan bangunan tua di Kawasan Cagar Budaya (KCB), seperti KCB Jetis, KCB Malioboro, KCB Kota Baru, KCB Kotagede, KCB Bintaran, KCB Keraton, KCB Pakualaman dan bebeberapa KCB lainnya di Yogyakarta.  

Dalam diskusi publik mengenai "Problematika Pelestarian Warisan Budaya di Kawasan Cagar Budaya" di Karta Pustaka Yogyakarta, Kamis(28/7), Sari Widyaningrum, Wakil dari Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA) memaparkan, beberapa polemik terhadap bangunan baru meliputi beberapa hal, termasuk pembiaran terhadap aksi pembongkaran tanpa sanksi yang tegas,inkonsistensi dalam memahami pengelolaan Bangunan Cagar Budaya dengan Kawasan Cagar Budaya menurut peraturan yang berlaku, serta belum jelasnya konsep pengelolaan KCB.

“Ini bisa mengubah konsep kawasan cagar budaya menjadi bangunan cagar budaya. Berdasarkan undang-undang terdapat perbedaan pengelolaannya,” ungkapnya dalam diskusi tersebut. 

Dalam pelestarian KCB, terdapat dua hal yang harus diperhatikan yaitu geografis dan ciri tata ruang yang khas, misalnya reklame di kawasan cagar budaya Malioboro yang sudah bertebaran. "Hendaknya jangan sampai merusak estetika kawasan tersebut. Pemerintah pun perlu melakukan  penertiban yang jelas dan tegas terhadap tindakan tersebut," kata Sari.

Budi Santosa, Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Kota Yogyakarta, menjelaskan perlu ada panduan  dan rujukan yang jelas tentang pengelolaan KCB di DIY. Kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan swasta perlu dilakukan. Hal ini tentu saja dibarengi dengan visi yang dilandasi kepekaan, kepedulian, serta kesepahaman tentang budaya itu sendiri. “Kearifan lokal juga perlu digali untuk memahami roh budaya setempat,” papar Budi.
 
ref:NGI



You Might Also Like :


0 cuapan:

Posting Komentar