Sabtu, 27 November 2010

Lembaga Kebudayaan Betawi ajak masyarakat pertahankan budaya


7:38:00 PM |

Lembaga Kebudayaan Betawi ajak masyarakat pertahankan budaya
Lembaga Kebudayaan Betawi mengajak masyarakat mempertahankan budaya betawi yang saat ini dirasakan terjepit oleh seni kontemporer harus dipertahankan agar tidak punah.

Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi, Tatang Hidayat S.H., mengatakan bahwa salah satu indikasi sebuah kebudayaan betawi semakin hilang adalah semakin berkurangnya penonton dan peminat acara-acara yang menghadirkan kebudayaan betawi. Ia pun mengilustrasikan kondisi tersebut dengan semakin sedikitnya acara hajatan yang menampilkan kesenian asli betawi seperti tanjidor, gambang kromong, dan samrah. "Sekarang orang lebih suka nanggap dangdutan atau band buat hajatan," kata Tatang dengan logat Betawinya pada Forum Budaya bertema Dinamika Industri Budaya Betawi yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Rabu (24/11).

Masyarakat betawi yang berdomisili di Jabodetabek, menurut penelitian Guru Besar FISP UI Prof. Yasmine Zaky Shahab, M.A., kini lebih sering terpapar berbagai produk budaya kontemporer seperti musik, film, sinetron, kuliner, melalui media massa modern seperti televisi dan internet.

Meski begitu, Yasmine juga melihat ada sebagian kebudayaan betawi yang telah menjadi komoditas dalam industri budaya. Umumnya kebudayaan betawi yang menjadi komoditas itu adalah kebudayaan yang berada di ranah publik. Artinya, pelaku kebudayaan tidak terbatas hanya masyarakat betawi asli saja akan tetapi juga bisa berasal dari masyarakat etnis lain. "Contohnya Lenong. Kesenian yang satu ini sudah dikemas dalam berbagai bentuk dan ditayangkan di televisi," ujarnya.

Lebih lanjut Yasmine mengemukakan bahwa kebudayaan yang telah menjadi komoditas menyebabkan penyandang komoditas tersebut tidak terbatas hanya pada komunitasnya saja, tetapi juga pada konsumennya. "Semakin luas jangkauan komoditas semakin bervariasi konsumennya," jelas Yasmine. Ini pula yang menyebabkan kesenian yang bisa berkembang dan diterima publik bisa berubah jadi komoditas.

Menghadapi kondisi ini, ada tiga hal yang menurut Tatang dapat dilakukan masyarakat untuk melestarikan kebudayaan betawi yang telah menjadi komoditas. Pertama adalah dengan memosisikan diri sebagai pelaku budaya, yaitu dengan mempelajari dan berupaya menjadi praktisi kebudayaan itu sendiri. Kedua dengan menjadi pelaksana dengan jalan mendirikan sanggar-sanggar budaya yang dapat berfungsi sebagai pusat informasi, penyebarluasan serta pengembangan kebudayaan. Ketiga, masyarakat betawi bisa juga berperan sebagai pengusaha seperti penyelenggara acara yang menampilkan acara-acara kebudayaan betawi.

Dengan demikian, diharapkan, kebudayaan betawi yang masih ada tidak hanya dapat bertahan di tengah gempuran kebudayaan kontemporer, tetapi juga dapat berkembang dan terhindar dari kepunahan.

sumber:http://nationalgeographic.co.id



You Might Also Like :


0 cuapan:

Posting Komentar